Sabtu, 09 Januari 2016

Jurnal Penelitian

PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN BAKSO DI MALANG
Budi Hartono*, Umi Wisapti Ningsih, dan Nila Fithria Septiarini
Vol. 35(2): 137-142, Juni 2011

Latar Belakang
Kota Malang juga dikenal sebagai kota Bakso selain kota Apel. Bakso merupakan makanan daging sapi yang dicampur dengan terigu yang dimasak dengan proses tertentu untuk dikonsumsi. Bakso sangat populer dan digemari semua kalangan dengan harga yang bervariasi dan terjangkau oleh konsumen. Tarwotjo et al. (1971) menjelaskan bahwa bakso daging sapi merupakan sumber protein hewani karena daging sapi mengandung protein yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Usaha bakso membutuhkan tenaga kerja mulai dari lokasi penggilingan, sampai daerah produsen dan pemasaran. Bakso dibuat menggunakan daging segar agar dihasilkan bakso yang kenyal dan kompak. Bahan baku bakso umumnya berasal dari daging paha belakang sapi, akan tetapi dapat juga dibuat dari bagian karkas lainnya. Usaha bakso dapat digolongkan sebagai usaha kecil. Parubak et al. (2004) menjelaskan bahwa usaha kecil mempunyai peranan penting dan strategis dalam mewujudkan pembangunan nasional. Usaha kecil merupakan usaha yang ditekuni oleh sebagian besar masyarakat dan merupakan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan yang luas kepada masyarakat. Pemerintah terus berupaya membina kelompok usaha kecil agar menjadi usaha yang semakin efisien dan mampu berkembang mandiri dan dapat membuka lapangan kerja baru. Dua faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen dalam melakukan pembelian yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Asseal, 1992). Faktor eksternal terdiri dari factor lingkungan dan strategi bauran pemasaran. Faktor lingkungan terdiri dari faktor budaya, referensi dan kelas sosial. Strategi bauran pemasaran terdiri dari produk, harga, promosi, dan distribusi. Faktor internal terdiri dari faktor gagasan dan karakteristik konsumen. Faktor internal dan eksternal dalam interaksinya dapat mempengaruhi perilaku konsumen baik secara individual maupun secara bersama-sama. Konsumen melakukan pembelian tidak terlepas dari karakteristik produk baik mengenai penampilan, gaya, mutu dan harga dari produk tersebut. Penetapan harga oleh penjual akan berpengaruh terhadap perilaku pembelian konsumen, sebab harga yang dapat dijangkau oleh konsumen akan cenderung membuat konsumen melakukan pembelian terhadap produk tersebut. Karakteristik penjualan bakso akan mempengaruhi keputusan membeli. Konsumen akan menilai mengenai penjual, baik mengenai pelayanan, mudahnya memperoleh produk dan sikap ramah dari penjual (Tedjakusuma et al., 2001). Penjual bakso harus memahami keinginan konsumen dengan cara mempelajari perilaku konsumen agar konsumen bersedia membeli baksonya. Pemahaman perilaku konsumen yang baik dan tepat diharapkan akan mengembangkan kegiatan pemasarannya. Penjual bakso daging perlu mengenal konsumen, sasaran dan model keputusan yang dilakukan oleh konsumen, sehingga penjual bakso daging mengetahui motif konsumen dalam menilai bakso daging yang sesuai dengan hati nuraninya. Analisis faktor digunakan untuk menentukan urutan faktor yang dipertimbangkan oleh konsumen dalam membeli bakso daging di Kota Malang, sehingga perlu dilakukan penelitian agar penjual bakso dapat mempertahankan eksistensinya. menentukan urutan faktor yang dipertimbangkan oleh konsumen dalam membeli bakso. Jenis data yang digunakan analisis faktor adalah data ordinal dan skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert.

Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode survei di Kota Malang dengan pertimbangan bahwa Kota Malang dikenal sebagai Kota Bakso. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Maret 2011 di lima lokasi terbesar yang diambil secara purposive sampling yaitu Bakso Solo Kidul Pasar, Bakso Kota Cak Man, Bakso Bakar Pahlawan Trip, Bakso Presiden dan Bakso Duro Kepanjen. Jumlah sampel sebanyak 120 responden yang diambil secara Accidental Sampling. Pengumpulan data primer dengan melakukan tanya jawab dengan responden berdasarkan kuesioner yang telah dipersiapkan.
Penelitian dilakukan dengan metode survei di Kota Malang dengan pertimbangan bahwa Kota Malang dikenal sebagai Kota Bakso. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Maret 2011 di lima lokasi terbesar yang diambil secara purposive sampling yaitu Bakso Solo Kidul Pasar, Bakso Kota Cak Man, Bakso Bakar Pahlawan Trip, Bakso Presiden dan Bakso Duro Kepanjen. Jumlah sampel sebanyak 120 responden yang diambil secara Accidental Sampling. Pengumpulan data primer dengan melakukan tanya jawab dengan responden berdasarkan kuesioner yang telah dipersiapkan.

Kesimpulan
Sebagian besar responden yang melakukan pembelian bakso adalah perempuan, berstatus pelajar, mempunyai umur di bawah 35 tahun, pendapatan individu yang diperoleh antara Rp. 1.000.000,00 sampai Rp. 2.000.000,00 per bulan dan harga bakso Rp. 5.000,00 seporsi dapat dikategorikan terjangkau. Pola mengkonsumi bakso bukan sebagai makanan pokok tetapi sebagai kuliner, hobi, dan makanan camilan. Delapan faktor yang dipertimbangkan responden secara berurutan adalah harga, kelas sosial, kemudahan mencapai lokasi, parkir, tampilan penyajian, kepuasan, pendapatan, dan demograf

PENGARUH PERILAKU KONSUMEN DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN MEMILIH JASA TRANSPORTASI UDARA LION AIR DI SURABAYA
Martinus Rukismono, SE.MM
Volume 5 Nomor 2, Desember 2011

Latar Belakang
Dengan semakin berkembangnya perekonomian di Indonesia yang diiringi dengan kemajuan teknologi yang modern, maka banyak terjadi persaingan diantara para pengusaha jasa. Persaingan yang makin tajam ini, akan mendorong para pengusaha untuk semakin memikirkan bagaimana cara memberikan pelayanan yang baik dan produk yang berkualitas. Hal ini diharapkan dapat menjawab apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen. Sarana transportasi dituntut agar bisa menyediakan fasilitas yang aman, nyaman, cepat dan harga yang kompetitif. Persaingan sarana transportasi yang ada membutuhkan strategi pemasaran yang tepat untuk menarik pelanggan agar membeli produk yang ditawarkan pada perusahaan tersebut. Oleh karena itu seorang produsen harus jeli dalam membaca lingkungan yaitu konsumen yang dituju agar dapat merebut perhatian konsumen dalam persaingan.
Permintaan kebutuhan trasportasi udara di Indonesia yang mempunyai kecenderungan setiap tahun naik merupakan fenomena yang menarik, Semakin banyaknya alternatif pilihan konsumen untuk memakai jasa angkutan udara yang ada. Maka persaingan menjadi semakin kompetitif dalam memperebutkan konsumen. Jika pada tahun 1990’an masyarakat hanya mengenal beberapa perusahaan angkutan udara, misalnya: Garuda Indonesia Airways, Merpati Nusantara Airlines, Mandala Airlines, Sempati Air dan Bouraq. Berdasarkan data Departemen Perhubungan pada tahun 2011 ini ada 17 perusahaan angkutan udara berjadwal dan 32 angkutan udara tidak berjadwal. (http://hubud.dephub.go.id/). PT Lion Mentari Airlines (Lion Air) masih memimpin pangsa pasar domestic pada kwartal I 2011 lalu. Maskapai yang berkonsep Low Cost Carrier (LCC) tersebut menguasai pangsa pasar sebesar 36,63 persen untuk pasar penerbangan domestik. Berdasarkan data yang diterima dari Kementrian Perhubungan, Senin (30/5/2011), penumpang pesawat di Indonesia sepanjang triwulan pertama tahun ini mencapai 15,56 juta orang. Angka itu naik sebesar 17,96 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2010 yang sebanyak 13,19 juta. Pertumbuhan tersebut dipastikan akan lebih tinggi lagi karena belum semua maskapai melaporkan penumpangnya. Jumlah penumpang kwartal I terdiri dari 13,68 juta penumpang domestic dan 1,87 juta penumpang internasional. Untuk rute domestik, Lion Air memberikan kontribusi penumpang terbesar yaitu 5,7 juta penumpang atau 36,63 persen pangsa pasar domestik.(http://www.tribunnews.com/201 1/05/30/lion-air-masih-pimpin-pasardomestik). Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam mengambil keputusan antara lain seperti persepsi, motivasi, sikap, dan pembelajaran. Persepsi tiap orang berbeda-beda.


Metode Penelitian
Populasi merupakan sekumpulan obyek yang menjadi perhatian, yang dari padanya terkandung informasi yang ingin kita ketahui. Maka dari itu populasi yang diteliti adalah 50 konsumen yang pernah memilih jasa transportasi udara Lion Air di Surabaya. Serta minimal memakai jasa transportasi udara Lion Air lebih dari 1 kali. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel yang berdasarkan pada karakteristik – karakteristik tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun karakteristik yang digunakan adalah responden yang memakai jasa transportasi udara Lion Air yang berdomisili di Surabaya.

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Hipotesis pertama yang menduga bahwa variabel Persepsi, motivasi, sikap, dan pembelajaran berpengaruh terhadap keputusan memilih jasa transportasi udara Lion Air di Surabaya terbukti. Hal ini dapat dibuktikan dengan menggunakan Uji F, dimana nilai F hitung > F tabel, terbukti sebesar 26.465 > 2.64, sehingga dapat disimpulkan bahwa keempat variabel bebas (X) yang terdiri dari Persepsi (X1), Motivasi (X2), Sikap (X3) dan Pembelajaran (X4) secara simultan (bersama-sama) berpengaruh terhadap variabel tergantung (Y) yaitu keputusan memilih jasa transportasi udara Lion Air di Surabaya. Dengan tingkat tingkat signifikansi dibawah 0.05, yaitu sebesar 0.000 pada keempat variabel.
2. Hipotesis kedua yang menduga bahwa variabel pembelajaran merupakan variabel yang berpengaruh dominan terhadap keputusan memilih jasa transportasi udara Lion Air di Surabaya terbukti. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat kolom Standardized Coefficient Beta dimana untuk variabel Pembelajaran (X4) sebesar 0.315 lebih besar dibandingkan dengan Persepsi (X1) sebesar 0.138, Motivasi (X2) sebesar 0.274, Sikap (X3) sebesar 0.186.

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN PRODUK SAYURAN DI PASAR MODERN KOTA BEKASI
Euis Dasipah, Haris Budiyono, Meilan Julaeni
Vol 1 No 2 Juli 2010­_euis
Latar Belakang
Mengingat begitu penting manfaat sayuran bagi konsumen, maka komoditas ini memiliki nilai ekonomi yang besar bagi sektor agribisnis. Sayuran perlu dikonsumsi setiap hari oleh konsumen, untuk memelihara fungsi tubuh secara sehat, sehingga ketersediaan dan penawaran sayuran di pasar merupakan peluang bagi petani, pengelola pasar, dan pedagang sayuran. Peningkatan jumlah penduduk Indonesia memiliki hubungan yang sejalan dengan peningkatan konsumsi sayuran di Indonesia. Menurut BPS (2005), diperoleh keterangan bahwa frekuensi konsumsi atau makan sayuran di kota-kota besar tidak begitu mengalami penurunan. Hal ini karena adanya daya beli konsumsi masyarakat cukup tinggi terhadap sayuran. Dengan demikian jelaslah bahwa mutu dan kesegaran sayuran sangat menentukan harganya. Padahal seperti produk hortikultura yang lain, sayuran sangat mudah rusak dan membusuk dalam waktu yang relatif singkat sehingga mutunya menurun dan bahkan tidak dapat dikonsumsi sama sekali. Hal ini berarti pasar harus selalu dipasok sayuran segar setiap hari. (Rahardi F., Rony Palungkun, dan Asiani Budiarti, 1999) Peluang pemasaran sayuran saat ini adalah pasar swalayan, supermarket dan outlet khusus yang merupakan pasar modern yang menjual sayuran segar dimana konsumen kelas menengah ke atas sebagai pasar sasaran yang akan dituju, yang biasa membeli kebutuhan mereka berupa sayuran. Sayuran tersebut dijual dengan harga yang relative mahal dibandingkan dengan yang ada di pasar tradisional. Namun ada sebagian konsumen yang memilih untuk membeli sayuran di pasar modern seiring dengan meningkatnya tingkat pendapatan dan pengetahuan, serta pertukaran dan motif berbelanja lainnya. Hal menarik lainnya adalah meskipun saat ini produk sayuran semakin tersedia di berbagai tempat berbelanja, namun penjualannya belum terlalu meningkat. Produsen maupun pemasar perlu memahami apa yang sebenarnya diinginkan oleh konsumen dan hal-hal apa saja yang mempengaruhi atau dipertimbangkan selama pembelian sayuran itu dilakukan. Perilaku konsumen yang membeli produk sayuran ini menarik untuk diteliti, tentang bagaimana alasan, jenis produk sayuran yang dibeli, jumlah frekuensi pembelian, dan sebagainya. Untuk keperluan ini maka menjadi penting untuk melakukan penelitian mengenai Analisis Perilaku Konsumen Dalam Membeli Produk Sayuran di Pasar Modern.

Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada empat lokasi yang termasuk pasar modern di Kota Bekasi. Pasar modern yang dipilih sebagai lokasi penelitian adalah Supermarket Naga, Pondok Ungu, Superindo, Hypermarket (Grand Mall), dan Alfa Supermarket (Harapan Indah). Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan: (1) Konsumen yang mengkonsumsi sayuran adalah konsumen kelas menengah ke atas yang relatif banyak tinggal di dekat lokasi ini, (2) Alasan utama pemilihan pasar modern tersebut dikarenakan produk sayuran tersedia disana (3) Kualitas produk relatif lebih baik dan suasana berbelanja nyaman. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling yang merupakan teknik penarikan sampel dengan menggunakan pertimbangan tertentu dalam menetapkan sampel dengan tujuan tertentu dalam menetapkan sampel sesuai dengan tujuan penelitian, jenis instrumen yang digunakan, biaya dan waktu. Metode pengumpulan data dilakukan secara survai melalui teknik wawancara. Responden yang dipilih adalah konsumen yang sedang membeli, telah membeli, dan pernah membeli sayuran di pasar modern. Menurut Hair Jr., dkk dalam Lerbin R. Aritonang R (2005) khususnya mengenai analisis faktor pada umumnya lebih disukai 100 subyek atau lebih, maka dipilih hanya 100 responden untuk diwawancarai dengan perincian: Naga Supermarket (Pondok Ungu) sebanyak 25 responden, Superindo 25 responden, Hypermarket (Grand Mall) 25 responden, Alfa Supermarket (Harapan Indah) 25 responden. 

Kesimpulan
1. Karakteristik konsumen dalam membeli produk sayuran mayoritas responden (89%) adalah wanita, yang berusia antara 26035 tahun (41%) yang berstatus pernikahan telah menikah (73%), pada umumnya berpendidikan Sarjana dan Diploma (75%), yang berperan sebagai ibu rumah tangga (43%), yang memiliki pendapatan perbulan antara Rp 2.000.000 – Rp 3.000.000 (46%), dengan jumlah anggota keluarga 1-4 orang (67%).
2. Dalam perilaku berbelanja sayuran di pasar modern menunjukkan bahwa jenis sayuran yang diinginkan/diminati konsumen yang masuk dalam lima besar ini adalah bayam hijau, brokoli, wortel, jagung manis, dan sawi putih. Frekuensi berbelanja konsumen dilakukan sesekali bilamana ada keperluan (45%) dengan jumlah pengeluaran setiap kali membeli sayuran antara RP 25.000 – Rp 50.000 (37%) responden
3. Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi atau dipertimbangkan dalam proses pembelian sayuran adalah faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi dan faktor psikologi. Variabel-variabel dominan yang mempengaruhi atau dipertimbangkan konsumen dalam proses pembelian adalah keluarga, kelompok referensi, usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan, pembelajaran, peran dan status, kepribadian, motivasi, persepsi, demografi, gaya hidup, kelas social, keadaan ekonomi dan keyakinan.