PERILAKU
KONSUMEN DALAM PEMBELIAN BAKSO DI MALANG
Budi
Hartono*, Umi Wisapti Ningsih, dan Nila Fithria Septiarini
Vol.
35(2): 137-142, Juni 2011
Latar Belakang
Kota
Malang juga dikenal sebagai kota Bakso selain kota Apel. Bakso merupakan
makanan daging sapi yang dicampur dengan terigu yang dimasak dengan proses
tertentu untuk dikonsumsi. Bakso sangat populer dan digemari semua kalangan
dengan harga yang bervariasi dan terjangkau oleh konsumen. Tarwotjo et al.
(1971) menjelaskan bahwa bakso daging sapi merupakan sumber protein hewani
karena daging sapi mengandung protein yang sangat dibutuhkan oleh tubuh
manusia. Usaha bakso membutuhkan tenaga kerja mulai dari lokasi penggilingan,
sampai daerah produsen dan pemasaran. Bakso dibuat menggunakan daging segar
agar dihasilkan bakso yang kenyal dan kompak. Bahan baku bakso umumnya berasal
dari daging paha belakang sapi, akan tetapi dapat juga dibuat dari bagian
karkas lainnya. Usaha bakso dapat digolongkan sebagai usaha kecil. Parubak et
al. (2004) menjelaskan bahwa usaha kecil mempunyai peranan penting dan
strategis dalam mewujudkan pembangunan nasional. Usaha kecil merupakan usaha
yang ditekuni oleh sebagian besar masyarakat dan merupakan usaha yang mampu
memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan yang luas kepada masyarakat.
Pemerintah terus berupaya membina kelompok usaha kecil agar menjadi usaha yang
semakin efisien dan mampu berkembang mandiri dan dapat membuka lapangan kerja
baru. Dua faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen dalam
melakukan pembelian yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Asseal, 1992).
Faktor eksternal terdiri dari factor lingkungan dan strategi bauran pemasaran.
Faktor lingkungan terdiri dari faktor budaya, referensi dan kelas sosial.
Strategi bauran pemasaran terdiri dari produk, harga, promosi, dan distribusi.
Faktor internal terdiri dari faktor gagasan dan karakteristik konsumen. Faktor
internal dan eksternal dalam interaksinya dapat mempengaruhi perilaku konsumen
baik secara individual maupun secara bersama-sama. Konsumen melakukan pembelian
tidak terlepas dari karakteristik produk baik mengenai penampilan, gaya, mutu
dan harga dari produk tersebut. Penetapan harga oleh penjual akan berpengaruh
terhadap perilaku pembelian konsumen, sebab harga yang dapat dijangkau oleh
konsumen akan cenderung membuat konsumen melakukan pembelian terhadap produk
tersebut. Karakteristik penjualan bakso akan mempengaruhi keputusan membeli.
Konsumen akan menilai mengenai penjual, baik mengenai pelayanan, mudahnya
memperoleh produk dan sikap ramah dari penjual (Tedjakusuma et al., 2001).
Penjual bakso harus memahami keinginan konsumen dengan cara mempelajari
perilaku konsumen agar konsumen bersedia membeli baksonya. Pemahaman perilaku
konsumen yang baik dan tepat diharapkan akan mengembangkan kegiatan
pemasarannya. Penjual bakso daging perlu mengenal konsumen, sasaran dan model
keputusan yang dilakukan oleh konsumen, sehingga penjual bakso daging mengetahui
motif konsumen dalam menilai bakso daging yang sesuai dengan hati nuraninya.
Analisis faktor digunakan untuk menentukan urutan faktor yang dipertimbangkan
oleh konsumen dalam membeli bakso daging di Kota Malang, sehingga perlu
dilakukan penelitian agar penjual bakso dapat mempertahankan eksistensinya. menentukan
urutan faktor yang dipertimbangkan oleh konsumen dalam membeli bakso. Jenis
data yang digunakan analisis faktor adalah data ordinal dan skala pengukuran
yang digunakan adalah skala Likert.
Metode Penelitian
Penelitian
dilakukan dengan metode survei di Kota Malang dengan pertimbangan bahwa Kota
Malang dikenal sebagai Kota Bakso. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan
Maret 2011 di lima lokasi terbesar yang diambil secara purposive sampling yaitu
Bakso Solo Kidul Pasar, Bakso Kota Cak Man, Bakso Bakar Pahlawan Trip, Bakso
Presiden dan Bakso Duro Kepanjen. Jumlah sampel sebanyak 120 responden yang
diambil secara Accidental Sampling. Pengumpulan data primer dengan melakukan
tanya jawab dengan responden berdasarkan kuesioner yang telah dipersiapkan.
Penelitian
dilakukan dengan metode survei di Kota Malang dengan pertimbangan bahwa Kota
Malang dikenal sebagai Kota Bakso. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan
Maret 2011 di lima lokasi terbesar yang diambil secara purposive sampling yaitu
Bakso Solo Kidul Pasar, Bakso Kota Cak Man, Bakso Bakar Pahlawan Trip, Bakso
Presiden dan Bakso Duro Kepanjen. Jumlah sampel sebanyak 120 responden yang
diambil secara Accidental Sampling. Pengumpulan data primer dengan melakukan tanya
jawab dengan responden berdasarkan kuesioner yang telah dipersiapkan.
Kesimpulan
Sebagian
besar responden yang melakukan pembelian bakso adalah perempuan, berstatus
pelajar, mempunyai umur di bawah 35 tahun, pendapatan individu yang diperoleh
antara Rp. 1.000.000,00 sampai Rp. 2.000.000,00 per bulan dan harga bakso Rp.
5.000,00 seporsi dapat dikategorikan terjangkau. Pola mengkonsumi bakso bukan
sebagai makanan pokok tetapi sebagai kuliner, hobi, dan makanan camilan.
Delapan faktor yang dipertimbangkan responden secara berurutan adalah harga,
kelas sosial, kemudahan mencapai lokasi, parkir, tampilan penyajian, kepuasan,
pendapatan, dan demograf
PENGARUH
PERILAKU KONSUMEN DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN MEMILIH JASA TRANSPORTASI UDARA
LION AIR DI SURABAYA
Martinus
Rukismono, SE.MM
Volume
5 Nomor 2, Desember 2011
Latar Belakang
Dengan semakin
berkembangnya perekonomian di Indonesia yang diiringi dengan kemajuan teknologi
yang modern, maka banyak terjadi persaingan diantara para pengusaha jasa.
Persaingan yang makin tajam ini, akan mendorong para pengusaha untuk semakin
memikirkan bagaimana cara memberikan pelayanan yang baik dan produk yang
berkualitas. Hal ini diharapkan dapat menjawab apa yang menjadi kebutuhan dan
keinginan konsumen. Sarana transportasi dituntut agar bisa menyediakan
fasilitas yang aman, nyaman, cepat dan harga yang kompetitif. Persaingan sarana
transportasi yang ada membutuhkan strategi pemasaran yang tepat untuk menarik
pelanggan agar membeli produk yang ditawarkan pada perusahaan tersebut. Oleh
karena itu seorang produsen harus jeli dalam membaca lingkungan yaitu konsumen
yang dituju agar dapat merebut perhatian konsumen dalam persaingan.
Permintaan
kebutuhan trasportasi udara di Indonesia yang mempunyai kecenderungan setiap
tahun naik merupakan fenomena yang menarik, Semakin banyaknya alternatif
pilihan konsumen untuk memakai jasa angkutan udara yang ada. Maka persaingan
menjadi semakin kompetitif dalam memperebutkan konsumen. Jika pada tahun
1990’an masyarakat hanya mengenal beberapa perusahaan angkutan udara, misalnya:
Garuda Indonesia Airways, Merpati Nusantara Airlines, Mandala Airlines, Sempati
Air dan Bouraq. Berdasarkan data Departemen Perhubungan pada tahun 2011 ini ada
17 perusahaan angkutan udara berjadwal dan 32 angkutan udara tidak berjadwal.
(http://hubud.dephub.go.id/). PT Lion Mentari Airlines (Lion Air) masih
memimpin pangsa pasar domestic pada kwartal I 2011 lalu. Maskapai yang
berkonsep Low Cost Carrier (LCC) tersebut menguasai pangsa pasar sebesar 36,63
persen untuk pasar penerbangan domestik. Berdasarkan data yang diterima dari
Kementrian Perhubungan, Senin (30/5/2011), penumpang pesawat di Indonesia
sepanjang triwulan pertama tahun ini mencapai 15,56 juta orang. Angka itu naik
sebesar 17,96 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2010 yang sebanyak
13,19 juta. Pertumbuhan tersebut dipastikan akan lebih tinggi lagi karena belum
semua maskapai melaporkan penumpangnya. Jumlah penumpang kwartal I terdiri dari
13,68 juta penumpang domestic dan 1,87 juta penumpang internasional. Untuk rute
domestik, Lion Air memberikan kontribusi penumpang terbesar yaitu 5,7 juta
penumpang atau 36,63 persen pangsa pasar
domestik.(http://www.tribunnews.com/201 1/05/30/lion-air-masih-pimpin-pasardomestik).
Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam mengambil keputusan
antara lain seperti persepsi, motivasi, sikap, dan pembelajaran. Persepsi tiap
orang berbeda-beda.
Metode Penelitian
Populasi
merupakan sekumpulan obyek yang menjadi perhatian, yang dari padanya terkandung
informasi yang ingin kita ketahui. Maka dari itu populasi yang diteliti adalah
50 konsumen yang pernah memilih jasa transportasi udara Lion Air di Surabaya.
Serta minimal memakai jasa transportasi udara Lion Air lebih dari 1 kali.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling. Purposive
sampling adalah teknik pengambilan sampel yang berdasarkan pada karakteristik –
karakteristik tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun karakteristik
yang digunakan adalah responden yang memakai jasa transportasi udara Lion Air
yang berdomisili di Surabaya.
Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut : 1. Hipotesis pertama yang menduga bahwa variabel Persepsi, motivasi,
sikap, dan pembelajaran berpengaruh terhadap keputusan memilih jasa
transportasi udara Lion Air di Surabaya terbukti. Hal ini dapat dibuktikan
dengan menggunakan Uji F, dimana nilai F hitung > F tabel, terbukti sebesar
26.465 > 2.64, sehingga dapat disimpulkan bahwa keempat variabel bebas (X)
yang terdiri dari Persepsi (X1), Motivasi (X2), Sikap (X3) dan Pembelajaran
(X4) secara simultan (bersama-sama) berpengaruh terhadap variabel tergantung
(Y) yaitu keputusan memilih jasa transportasi udara Lion Air di Surabaya.
Dengan tingkat tingkat signifikansi dibawah 0.05, yaitu sebesar 0.000 pada
keempat variabel.
2. Hipotesis
kedua yang menduga bahwa variabel pembelajaran merupakan variabel yang
berpengaruh dominan terhadap keputusan memilih jasa transportasi udara Lion Air
di Surabaya terbukti. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat kolom
Standardized Coefficient Beta dimana untuk variabel Pembelajaran (X4) sebesar
0.315 lebih besar dibandingkan dengan Persepsi (X1) sebesar 0.138, Motivasi
(X2) sebesar 0.274, Sikap (X3) sebesar 0.186.
ANALISIS
PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMBELIAN PRODUK SAYURAN DI PASAR MODERN KOTA BEKASI
Euis
Dasipah, Haris Budiyono, Meilan Julaeni
Vol
1 No 2 Juli 2010_euis
Latar Belakang
Mengingat begitu
penting manfaat sayuran bagi konsumen, maka komoditas ini memiliki nilai
ekonomi yang besar bagi sektor agribisnis. Sayuran perlu dikonsumsi setiap hari
oleh konsumen, untuk memelihara fungsi tubuh secara sehat, sehingga
ketersediaan dan penawaran sayuran di pasar merupakan peluang bagi petani,
pengelola pasar, dan pedagang sayuran. Peningkatan jumlah penduduk Indonesia
memiliki hubungan yang sejalan dengan peningkatan konsumsi sayuran di
Indonesia. Menurut BPS (2005), diperoleh keterangan bahwa frekuensi konsumsi
atau makan sayuran di kota-kota besar tidak begitu mengalami penurunan. Hal ini
karena adanya daya beli konsumsi masyarakat cukup tinggi terhadap sayuran.
Dengan demikian jelaslah bahwa mutu dan kesegaran sayuran sangat menentukan
harganya. Padahal seperti produk hortikultura yang lain, sayuran sangat mudah
rusak dan membusuk dalam waktu yang relatif singkat sehingga mutunya menurun
dan bahkan tidak dapat dikonsumsi sama sekali. Hal ini berarti pasar harus
selalu dipasok sayuran segar setiap hari. (Rahardi F., Rony Palungkun, dan
Asiani Budiarti, 1999) Peluang pemasaran sayuran saat ini adalah pasar
swalayan, supermarket dan outlet khusus yang merupakan pasar modern yang
menjual sayuran segar dimana konsumen kelas menengah ke atas sebagai pasar
sasaran yang akan dituju, yang biasa membeli kebutuhan mereka berupa sayuran.
Sayuran tersebut dijual dengan harga yang relative mahal dibandingkan dengan
yang ada di pasar tradisional. Namun ada sebagian konsumen yang memilih untuk
membeli sayuran di pasar modern seiring dengan meningkatnya tingkat pendapatan
dan pengetahuan, serta pertukaran dan motif berbelanja lainnya. Hal menarik
lainnya adalah meskipun saat ini produk sayuran semakin tersedia di berbagai
tempat berbelanja, namun penjualannya belum terlalu meningkat. Produsen maupun
pemasar perlu memahami apa yang sebenarnya diinginkan oleh konsumen dan hal-hal
apa saja yang mempengaruhi atau dipertimbangkan selama pembelian sayuran itu
dilakukan. Perilaku konsumen yang membeli produk sayuran ini menarik untuk
diteliti, tentang bagaimana alasan, jenis produk sayuran yang dibeli, jumlah
frekuensi pembelian, dan sebagainya. Untuk keperluan ini maka menjadi penting
untuk melakukan penelitian mengenai Analisis Perilaku Konsumen Dalam Membeli
Produk Sayuran di Pasar Modern.
Metode Penelitian
Penelitian ini
dilaksanakan pada empat lokasi yang termasuk pasar modern di Kota Bekasi. Pasar
modern yang dipilih sebagai lokasi penelitian adalah Supermarket Naga, Pondok
Ungu, Superindo, Hypermarket (Grand Mall), dan Alfa Supermarket (Harapan
Indah). Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan
pertimbangan: (1) Konsumen yang mengkonsumsi sayuran adalah konsumen kelas
menengah ke atas yang relatif banyak tinggal di dekat lokasi ini, (2) Alasan
utama pemilihan pasar modern tersebut dikarenakan produk sayuran tersedia
disana (3) Kualitas produk relatif lebih baik dan suasana berbelanja nyaman.
Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling yang merupakan teknik
penarikan sampel dengan menggunakan pertimbangan tertentu dalam menetapkan
sampel dengan tujuan tertentu dalam menetapkan sampel sesuai dengan tujuan
penelitian, jenis instrumen yang digunakan, biaya dan waktu. Metode pengumpulan
data dilakukan secara survai melalui teknik wawancara. Responden yang dipilih
adalah konsumen yang sedang membeli, telah membeli, dan pernah membeli sayuran
di pasar modern. Menurut Hair Jr., dkk dalam Lerbin R. Aritonang R (2005)
khususnya mengenai analisis faktor pada umumnya lebih disukai 100 subyek atau
lebih, maka dipilih hanya 100 responden untuk diwawancarai dengan perincian:
Naga Supermarket (Pondok Ungu) sebanyak 25 responden, Superindo 25 responden,
Hypermarket (Grand Mall) 25 responden, Alfa Supermarket (Harapan Indah) 25
responden.
Kesimpulan
1. Karakteristik
konsumen dalam membeli produk sayuran mayoritas responden (89%) adalah wanita,
yang berusia antara 26035 tahun (41%) yang berstatus pernikahan telah menikah
(73%), pada umumnya berpendidikan Sarjana dan Diploma (75%), yang berperan
sebagai ibu rumah tangga (43%), yang memiliki pendapatan perbulan antara Rp
2.000.000 – Rp 3.000.000 (46%), dengan jumlah anggota keluarga 1-4 orang (67%).
2. Dalam
perilaku berbelanja sayuran di pasar modern menunjukkan bahwa jenis sayuran
yang diinginkan/diminati konsumen yang masuk dalam lima besar ini adalah bayam
hijau, brokoli, wortel, jagung manis, dan sawi putih. Frekuensi berbelanja
konsumen dilakukan sesekali bilamana ada keperluan (45%) dengan jumlah
pengeluaran setiap kali membeli sayuran antara RP 25.000 – Rp 50.000 (37%)
responden
3. Faktor-faktor
dominan yang mempengaruhi atau dipertimbangkan dalam proses pembelian sayuran
adalah faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi dan faktor psikologi.
Variabel-variabel dominan yang mempengaruhi atau dipertimbangkan konsumen dalam
proses pembelian adalah keluarga, kelompok referensi, usia dan tahap siklus
hidup, pekerjaan, pembelajaran, peran dan status, kepribadian, motivasi,
persepsi, demografi, gaya hidup, kelas social, keadaan ekonomi dan keyakinan.